“Kegagalan
mengajari saya hal-hal mengenai diri saya sendiri yang tak mungkin saya
pelajari dengan cara lain.
Siapa, sih, yang nggak
tahu Harry Potter? Tokoh penyihir muda dengan bekas luka berbentuk petir
dikeningnya itu sukses jadi pembicaraan di seluruh dunia. Seperti kata pepatah
lama, dibalik pria sukses selalu ada wanita hebat. Dalam hal ini, dibalik
kesuksesan tokoh Harry Potter, ada wanita hebat bernama Joanne Kathleen Rowling
alias J.K. Rowling.
Saking suksesnya ‘membuai’
orang-orang di seluruh dunia dengan jagat sihir ciptaannya, J.K. Rowling berhasil
masuk daftar orang kaya di dunia urutan ke-552 versi majalah FORBES, Amerika
Serikat. Perkiraannya, nih... kekayaan J.K. Rowling mencapai US$ 1 Milyar!
Enak ya jadi J.K. Rowling, tinggal nulis, terus
dapat uang. Eeiiitsss... salah banget kalau kamu berpikir
seperti itu. Wanita kelahiran 31 Juli
1965 itu mengalami banyak halangan sebelumnya. Dulu, Jo (panggilan akrab J.K.
Rowling) hidup dengan keadaan ekonomi tidak
berkecukupan. Ia bahkan masuk ke dalam daftar pihak yang membutuhkan santunan dari
pemerintah Inggris. Nggak cukup sampai di situ, masalah penceraian juga menderanya.
Beruntung, Jo punya punya
modal kuat: sikap positif. Alih-alih galau, ia malah menggunakan kejadian pahit dalam hidupnya jadi
penyemangat untuk menulis dan menyelesaikan ‘Harry Potter’. Berawal dari stasiun kereta di Manchester ketika kereta yang hendak
ia tumpangi menuju London terlambat 4 jam. Terjentik dalam benaknya cerita tentang penyhir yang
dimulai dengan latar belakang di stasiun kereta. Ia pun mengetik cerita Harry
Potter dengan mesin ketik manual jadul.
Ketika cerita selesai
diketik, beberapa pernerbit ternyata menolak cerita
khayalan itu.
Nggak menyerah, Jo terus berusaha menyodorkan karyanya kepada penerbit-penerbit lain. Bahkan dia
rela menyalin kembali cerita Harry Potter dengan mesin tik karena nggak mampu membayar jasa photo
copy. Jo optimis, karyanya
berharga dan suatu saat nanti bukunya akan dipajang di toko buku
seluruh dunia.
Lucky number 13th, akhirnya penerbit ke-13 yang ia temui mau menerima dan
menerbitkan karyanya. Tahun 1995 merupakan tahun yang bersejarah bagi Jo, cerita anak-anak berjudul Harry
Potter and the Philosopher’s Stone mendapat respon luar biasa hingga ia
mendapatkan sebuah penghargaan dari Dewan Kesenian Skotlandia.
Jo sangat menginspirasi
Jafra Indonesia. Ini membuktikan bahwa kesuksesan bisa diraih oleh siapa saja
yang memiliki sikap positif saat menghadapi kesulitan, berani bermimpi, keyakinan,
dan kerja keras, seperti yang dilakukan Jo. Kegagalan adalah hal yang biasa
dalam hidup ini, namun bila kita mampu bangkit dari kegagalan adalah hal yang
luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar